13 Mar 2022

Riviu Buku: The Manager's Path

book review

Menjadi manager yang baik sama seperti menjadi manusia yang baik, dimana kita menerapkan sikap empati dan diktaktorsip dalam satu tempat.

Hari ini saya selesai membaca buku The Manager's Path. Tentu dalam berkarir kita sendiri tidak bisa menghindari progresinya semua orang pasti ingin lebih.

Orang bilang manajemen/senioritas itu tergantung orangnya dan tidak bisa dipelajari. Kalau iya begitu? Kenapa buku ini ada?. Seperti biasa riviu buku saya ini bukan riviu buku yang biasa.

Jika saya seorang senior software developer, seperti apakah saya akan bersikap? Terdengar seperti utopia seperti lambang negara saya, semoga apa yang saya tuliskan disini bisa menjadi cermin saat saya kehilangan arah.

Dalam menentukan target #

Dalam sebuah perusahaan pasti ada yang dinamakan target, dalam setiap proyek pun pasti begitu, kadang menentukan target itu termasuk hal yang ajaib ~ misal proyek A bisa bilang selesai 4 bulan, Hal seperti ini diukur dari apa?

Menurut saya dengan tuntunan buku ini, yang saya harus lakukan adalah :

Misal tiba - tiba saja, kantor mau pivot untuk membuat produk cloud services macam Heroku, Vercel dan kawannya. Apa yang saya harus lakukan?

Dalam hal ini yang pertama akan saya lakukan adalah membuat gambaran jelas MVP seperti apa yang kira - kira akan dibuat, inti dari sebuah produknya itu apa?

Setelah inti dari sebuah produk tersebut terlihat, yang bikin poseng kepala pasti kelihatan kan. Nah disinilah harus memuali riset.

Riset biasanya harus menghasilkan sebagai berikut :

Hasil riset inilah yang akan nantinya digunakan untuk membagi pekerjaan dan waktu. Untuk membagi pekerjaan menurut saya resepnya hampir sama pada pada setiap orang, seorang yang lebih berpengalaman akan mendapatkan bagian - bagian krusial dan yang belum bagian krusial yang dikerjakan dikurangi.

Dari bla bla bla diatas tadi kita dapat menentukan, dalam waktu 4 bulan kita dapat membuat apa saja.

Dalam mentoring #

Saya orangnya tidak suka micromanaging (istilah baru yang saya dapat dari buku haha), dimana saya harus konstan melakukan mentoring pada satu orang saja. Inilah kenapa saya suka model mentoring yang asingkron.

Model seperti ini adalah model dimana kita sebagai senior yang harus menentukan materi mana yang cocok untuk seorang junior, dan kadang ini adalah hal yang susah. Sebagai seorang yang seringnya berfokus pada backend, tentu saat ditanya "Aku harus belajar CSS layouting dimana ya yang bagus?" membuat saya minder haha. Disinilah saya perlu mencatat sesuatu :

Dengan begini mentoring dapat berlangsung dengan materi yang sejalur dengan perusahaan - tentu dengan ini lebih mudah juga meminta perusahaan untuk membelikan materi - materi premium untuk belajar.

Meeting - meeting yang dilakukan #

Dalam buku dijelaskan saat menjadi senior meeting yang paling penting adalah '1-1' meeting (one on one meeting).

Dalam meeting ini ada beberapa hal yang harus dibahas dan itu tidak hanya soal pekerjaan mulu, ya karena kita ini manusia. Meeting ini isinya lebih ke :

Setelah chit - chat tadi, lalu masuk ke beberapa hal yang serius :

Dalam buku juga dituliskan untuk para V dan C, ada satu lagi meeting penting yaitu Skip Level meeting, dimana seorang VP/CTO/CEO dkk terjun langsung untuk menanyakan hal diatas kepada staff yang ada.

Progresi karir ini tidak hanya harus diomongin sama yang kita manage tapi harus dilakukan terhadap atasan kita juga, pada akhirnya yang punya uang buat promosiin orang juga perusahaan bukan saya, tapi saya bertanggung jawab atas progresi karir seseorang. Memberikan jalan yang jelas adalah tanggung jawab saya.

Dalam memecat Seseorang #

Ini merupakan topik yang tidak bisa dihindari. Saya sendiri pernah 2 kali melakukan ini kepada junior dan memang ini tidak enak, apalagi sekarang - kondisi mencari kerja itu susah dan mungkin kita tidak akan pernah tahu beberapa hal yang kita ambil mereka.

Maka pemecatan ini harus dilakukan dengan hati - hati dan melihat berbagai macam kondisi, disinilah sebuah rapor pekerjaan itu berguna ~ tidak mungkin kan kita hanya kopyok arisan saat ingin memecat sesorang.

Pada intinya kejelasan itu penting dan jangan mendadak.

Dalam membuat keputusan #

Membuat keputusan tentu tidak ada bisa hanya dilakukan dengan voting, kalaupun iya bisa tentunya rakyak negara saya ini sudah dapat apa yang dimau dari jaman dulu. Dari dulu saya suka sekali blog dari bang Budi Tanrim banyak sekali berisi soal prespektif - prespektif kepemimpinan.

Dalam buku inipun begitu, sebuah pertimbangan tidak hanya semena - mena dipertimbangkan hanya dengan "waah tim A pitchingnya bagus, pakai ide tim A saja". Ya ternyata emang engineer yang bisa ngomong cuma dari tim A saja.

Pernah saya membuat kesalahan, saya kira desainnya bagus lalu saya membuat keputusan oke dah pakai desain yang si A buat, pada saat saya implementasi ternyata desainnya ini busuk sekali dan banyak yang setuju degnan saya bahwa ini terlihat bagus di mata saja, tidak indah pada saat digunakan, untung ini ketahuan pada saat dateline masih panjang ~ salah siapa? Ya salah saya sendiri. Kadang melihat saja tidak cukup, kita harus bayangkan juga bagaimana sesorang akan menggunakan produk kita.

Jadi apa yang saya perlu perhatikan :

Dalam menciptakan kultur #

Seseorang yang membawahi sebuah tim ini seperti menghias akuarium kadang kultur pada tim A tidak sama dengan tim B padahal mempunyai atasan yang sama. Setiap tim memang mempunyai karakter mereka sendiri.

Beberapa hal yang menurut saya cukup kontras pada buku ini kultur yang menurutnya paling baik adalah :

Saya sendiri selalu bekerja pada kantor yang ukurannya kecil, sekitar 50 - 70 pegawai ~ jadi saya sendiri belum pernah menciptakan kultur ini, karena saat ukuran perusahaan kecil biasanya yang menciptakan kultur adalah para founder.

Tapi perkembangan perusahaan tentu bukanlah sesuatu yang dapat dihindari juga, apalagi dengan perusahaan yang berkembang pesat. Mungkin nantinya saya bakal berkesempatan untuk menciptakan kultur - kultur diatas.

Dalam manajemen waktu diri sendiri #

Saya sendiri bukanlah orang yang bisa dikatakan rapi, kerja pakai pomodoro set waktu dari jam segini sampai jam segini, bukanlah style saya. Bisa dibilang jam kerja saya sendiri ini cukup bebas, walaupun saya tetap saja memilih kerja yang baik itu ya pada saat pagi sampai sore hari. Malah kadang saya lebih suka bekerja dari jam 5 pagi, lalu nanti sore hari saya sudah santai, bisa ikut kenduri, kadang pengajian rutin sore di desa, pacaran kalau ada pacar, atau nunggu meeting kerjaan yang kadang kala di sore hari.

Dalam buku ini menyarankan :

Delegasi, pada akhirnya kita juga harus berbagi pekerjaan dengan tim yang kita manage agar kita sendiri mempunyai waktu untuk mengerjakan hal lain. Dalam buku dijelaskan rumusnya adalah, simpel dan sering ~ delagasikan, simpel dan jarang kerjakan sendiri, kompleks dan sering delegasikan (dengan hati - hati ), kompleks dan jarang delegasikan untuk belajar.

Hati - hati dalam memberikan janji, di dalem buku ini seperti diajari gimana caranya bilang tidak tanpa membuat atasan merasa terintimidasi haha. Setiap kita bilang "iya" maka kita akan mengorbankan sesuatu maka dari itu saat ditanya "Bisa ga ya begini bla bla bla", jawaban yang paling tepat adalah "yes, but no" haha. Balik lagi dalam menentukan target tadi dimana kita harus mempunyai pandangan yang jelas, jangan lupa bertanya untuk setiap usulan dari orang lain agar kita juga dapat memahami apa yang orang lain maksud.

Hmmm ~ banyak yang harus dicatat #

Seperti pada cuplikan kata paling atas, senioritas itu merupakan hal yang dinamis tapi ada beberapa aturan yang dapat kita terapkan yang paling tidak dapat menggapai beberapa hal yang bagus untuk orang yang kita atur.

Saya sangat beruntung karena pernah menjadi single fighter yang kadang juga berurusan dengan klien langsung, beberapa pengalaman ini sangat menolong saya untuk lebih terbuka dengan pendapat orang lain dan menyampaikan pendapat yang kritis. Bahkan sampai ada klien yang tidak jadi membuat sebuah fitur karena saya bilang model bisnisnya salah hahaha. Walaupun saya kena tegur atasan ~ tapi paling tidak uang yang tadinya bakal dipakai untuk ide yang menurut saya konyol bisa dipakai untuk hal lain yang lebih bermanfaat.

Kesimpulan, buku ini sangat mudah dibaca dengan beberapa cerita yang mungkin terjadi saat kita melangkah ke jalur senioritas. Rekomendasi saya untuk buku ini dibaca adalah 100%, karena banyak sekali beberapa cerita managerial diceritakan disini dan juga di tuliskan beberapa solusinya.

Semoga artikel ini dapat menjadi catatan saya dalam berkarir.